Prof.Dr.H.Asasriwarni MH
Guru Besar UIN IB
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumbar
Anggota Dewan Pertimbangan MUI Pusat
Dalam surat Al Fatihah yang kita baca setiap shalat, terkandung permohonan doa kepada Allah SWT agar kita senantiasa diberi hidayah di atas shiratal mustaqim. Yakni tatkala kita membaca firman Allah SWT seperti di bawah ini :
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
(Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat (QS. Al Fatihah Ayat : 6-7).
Makna Shiratal Mustaqim
Para ulama ahli tafsir baik dari kalangan sahabat maupun yang hidup sesudahnya telah banyak memberikan penjelasan tentang makna shiratal mustaqim.
Imam Abu Ja’far bin Juraih rahimahullah berkata : Para ahli tafsir telah sepakat seluruhnya bahwa shiratal mustaqim adalah jalan yang jelas, jakan yang tidak ada penyimpangan di dalamnya (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azim)
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan, bahwa ada empat perkataan ulama tentang makna shiratal mustaqim, yakni :
Maksudnya adalah kitabullah
Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan oleh sahabat ‘Ali dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Maknanya adalah agama Islam
Ini merupakan pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan, dan Abul ‘Aliyah Rahimahumullah.
Maksudnya adalah jalan petunjuk menuju agama Allah
Ini merupakan pendapat Abu Shalih dari sahabat Ibnu ‘Abbas dan juga pendapat Mujahid Rahimahumullah.
Jalan (menuju) surga
Pendapat ini juga dinukil dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. (Lihat Zaadul Masiir).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahimahullah mejelaskan, Shiratal mustaqim adalah jalan yang jelas dan gamblang yang bisa mengantarkan menuju Allah dan surga-Nya, yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya (Taisirul Kariimir Rahman).
Syaikh Shalih Fauzan Hafidzahullah menjelaskan : bahwa yang dimaksud dengan shirat (jalan) di sini adalah Islam, Al Qur’an, dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketiganya dinamakan dengan “jalan” karena mengantarkan kepada Allah Ta’ala. Sedangkan Al Mustaqim maknanya jalan yang tidak bengkok, lurus dan jelas yang tidak akan tersesat bagi orang yang melaluinya” (Duruus min Al Qur’an 54)
Perbedaan penjelasan para ulama tentang makna shiratal mustaqim tidaklah saling bertentangan satu sama lain, bahkan saling melengkapi.
Dapat kita simpulkan dari penjelasan di atas bahwa shiratal mustaqim adalah agama Islam yang sangat jelas dan gamblang, yang harus diilmui dan diamalkan berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga bisa menjadikan pelakunya masuk ke dalam surga Allah SWT. Jalan inilah yang ditempuh oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Shiratal Mustaqim Hanya Ada Satu
Shiratal mustaqim yang merupakan jalan kebenaran jumlahnya hanya satu dan tidak berbilang, sebagaimana Allah SWT berfirman di bawah ini;
وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) , karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa (QS. Al An’am Ayat :153).
Hal ini dipertegas oleh penafsiran Rasulullah SAW tentang ayat di atas. Diriwayatkan dari sahabat ‘Abdullah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, beliau menceritakan sbb :
خطَّ لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يومًا خطًّا فقال: هذا سبيل الله. ثم خط عن يمين ذلك الخطّ وعن شماله خطوطًا فقال: هذه سُبُل، على كل سبيل منها شيطانٌ يدعو إليها. ثم قرأ هذه الآية:(وأن هذا صراطي مستقيمًا فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله)
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membuat satu garis lurus, kemudian beliau bersabda, : Ini adalah jalan Allah. Kemudian beliau membuat garis-garis yang banyak di samping kiri dan kanan garis yang lurus tersebut. Setelah itu beliau bersabda : Ini adalah jalan-jalan (menyimpang). Di setiap jalan tersebut ada syetan yang menyeru kepada jalan (yang menyimpang) tersebut (HR. Ahmad No. 4142), (Lihat Jaami’ul Bayaan fii Ta’wiil Al Qur’an)
Faedah Shiratal Mustaqim
Shiratal mustaqim terkadang disandarkan kepada Allah SWT dan terkadang disandarkan kepada orang yang menitinya. Disandarkan kepada Allah SWT sebagaimana firman Nya di bawah ini :
وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus ( QD. Al An’am Ayat :153)
Selain itu, Allah SWT juga betfirman sbb :
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi (QS. Asy Syuura Ayat : 52-53)
Disandarkan kepada Allah SWT, karena Dia-lah yang membuat syariat jalan tersebut, menunjukkan kepada jalan tersebut, dan yang menjelaskan kepada manusia tentang jalan tersebut.
Penyandaran kepada Allah SWT adalah dalam bentuk pemuliaan serta menunjukkan bahwa jalan tersebut mengantarkan kepada Allah Ta’ala.
Namun terkadang shiratal mustaqim juga disandarkan kepada kepada orang-orang yang meniti jalan tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini :
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ
Orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka (QS. Al Fatihah Ayat : 6).
Dalam ayat di atas shiratal mustaqim disandarkan kepada orang-orang yang telah Allah SWT beri nikmat, karena merekalah yang berada dia tas jalan tersebut. Berbeda dengan orang-orang yang sesat yang berjalan di atas jalan kesesatan. (Lihat Duruus min Al Qur’an 55-56).
Rintangan Dalam Meniti Shiratal Mustaqim
Meniti shiratal mustaqim tidak lepas dari berbagai rintangan dan hambatan. Orang yang meniti jalan ini diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disukai, diliputi dengan kesusahan dan hal-hal yang memberatkan. Oleh karena itu perlu kesabaan ekstra dalam meniti jalan ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman di bawah ini :
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar (QS. Fushilat Ayat :35)
Mereka Yang Telah Meniti Shiratal Mustaqim
Shiratal Mustaqim adalah jalannya orang-orang yang telah Allah beri nikmat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini :
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ
(Shiratal mustaqim) yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka ( QS. Al Fatihah Ayat : 6).
Lalu siapakah orang-orang yang telah Allah beri nikmat yang dimaksud dalam ayat di atas ? Hal ini dijelaskan oleh Allah DWT dalam firman Nya di bawah ini;
وَمَن يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الذين أَنْعَمَ الله عَلَيْهِم مّنَ النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقاً
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiiqiin , orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya ( QS. An Nisaa’ Ayay : 69).
Sehingga shiratal mustaqim telah di tempuh oleh para Nabi, para shiddiiqin, syuhada, dan shalihin.
Mereka yang Menyimpang dari Shiratal Mustaqim
Selain menunjukkan golongan yang telah berada di atas shiratal mustaqim, Allah SWT juga menjelaskan tentang golongan yang menyimpang dari jalan yang lurus ini. Dalam lanjutan ayat di surat Al Fatihah, Allah SWT berfirman sbb :
غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
(shiratal mustaqim) bukanlah jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat ( QS. Al Fatihah Ayat : 6-7).
Dalam ayat ini dijelaskan tentang dua golongan yang telah menyimpang dari shiratal mustaqim, yakni :
Golongan (المَغضُوبِ)
yaitu orang-orang yang dimurkai oleh Allah. Mereka adalah orang-orang yang mngenal kebenaran namun mereka tidak mau mengamalkannya. Sifat ini seperti orang-orang Yahudi dan yang mengikuti mereka. Allah Ta’ala menjelaskan keadaan orang-orang Yahudi dalam firman-Nya, yakni :
فَبَآؤُواْ بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ
Mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan (QS. Al Baqarah Ayat : 90).
Selanjutnya Allah SWT juga berfirman;
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللّهِ مَن لَّعَنَهُ اللّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ
Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah (QS. Al Maidah Ayat : 60.
Dalam surat yang lain Allah SWT juga berfirman seperti di bawah ini :
إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّن رَّبِّهِمْ
Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka (QS. Al A’raaf Ayat : 152)
Golongan (الضَّالِّينَ)
Yaitu orang-orang yang sesat. Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan kebenaran di atas kejahilan dan kesesatan. Sifat ini seperti orang-orang Nasrani dan yang mengikuti mereka. Allah SWT menjelaskan keadaan orang-orang Nasrani dalam firman-Nya di bawah ini :
وَلاَ تَتَّبِعُواْ أَهْوَاء قَوْمٍ قَدْ ضَلُّواْ مِن قَبْلُ وَأَضَلُّواْ كَثِيراً وَضَلُّواْ عَن سَوَاء السَّبِيلِ
Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus (QS. Al Maidah Ayat : 77)
Hal ini dipertegas dengan sabda Radulullah SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Adi bin Hatim Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda sbb :
إن المغضوب عليهم هم اليهود ، وإن الضالين النصارى
Sesungguhnya (المغضوب) adalah Yahudi dan (الضالين) adalah Nasrani* (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan yang lainnya. Dihasankan oleh Imam Tirmidzi) (Lihat Fathul Qadir)
Mengapa Mereka Menyimpang dari Shiratal Mustaqim
Setelah mengetahui kelompok yang menyimpang, kita bisa mengetahui sebab kesesatan mereka. Ada dua hal pokok yang menyebabkan seseorang bisa menyimpang dari shiratal mustaqim, yakni :
Meninggalkan ilmu
Inilah sikap kelompok (الضَّالِّينَ), yaitu orang-orang yang sesat. Sebab kesesatan mereka adalah kejahilan karena meninggalkan ilmu.
Meninggalkan amal
Inilah sikap kelompok (المَغضُوبِ), yaitu orang-orang yang dimurkai oleh Allah. Mereka adalah orang-orang yang mengenal kebenaran namun mereka tidak mau mengamalkannya. Mereka dimurkai karena membangkang dengan tidak mau beramal dengan ilmu yang dimiliki.
Oleh karena itu agar seseorang bisa tetap istiqomah di atas shiratal mustaqim, dia harus senantiasa di atas jalan ilmu dan amal.
Mempelajari ilmu agar dia terhindar dari kelompok yang tersesat, serta beramal dengan ilmu yang dimiliki agar dia terhindar dari kolompok yang dimurkai Allah SWT. Yang lebih penting juga senantiasa berdoa kepada Allah, Zat yang senatiasa memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Demikian lah renungan ringkas pembahasan tentang shiratal mustaqim dengan berbagai problematikanya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik fan hidayah kepada kita agar supaya senantiasa istiqomah di atas jalan shiratal mustaqim, aamiin YRA. (*)