MEDIKITA.COM – Rektor UNP, Prof Ganefri mengungkapkan, terjadinya perbedaan dalam menetapkan 1 Ramadhan dan 1 Syawal 1444 H, berkonsekwensi dengan terjadinya sejumlah perbedaan.
“Perbedaan ini harusnya dimaknai sebagai begitu dalamnya khazanah keilmuan dalam dunia Islam,” ungkap Prof Ganefri saat memberikan sambutan pada Shalat Idul Fitri 1444 H di Lapangan Rectorate and Research Center UNP, Sabtu pagi.
Dikatakan Prof Ganefri, perbedaan yang terjadi saat merayakan Idul Fitri 1444 H tahun 2023 ini, sebenarnha sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang mengatakan, perbedaan itu adalah rahmat.
“Jangan jadikan perbedaan dalam menentukan 1 Syawal ini sebagai pemecah belah persatuan dan kesatuan kita. Ini adalah rahmat Allah,” tegas Prof Ganefri yang juga ketua PWNU Sumbar.
Selain itu, Prof Ganefri juga mengucapkan terima kasih pada Kapolda Sumbar beserta jajaran serta unsur Forkopimda lainnya, yang telah bekerja keras mewujudkan daerah ini tetap kondusif.
Sementara, Khatib Shalat Idul Fitri 1444 H, Prof Asasriwarni dalam kutbahnya mengatakan, tidak semua orang yang bisa merasakan lezatnya takbir, tahmid dan tahlil di 1 Syawal ini.
“Di antara yang tak bisa merasakan lezatnya hari kemenangan ini adalah orang fasik dan munafiq,” ungkap Prof Asasriwarni.
“Mereka merasakan kenikmatan hari kemenangan ini dengan hal-hal duniawi seperi kue lebaran, baju lebaran dan hal duniawi lainnya,” tambah Prof Asasriwarni yang juga A’wan PBNU itu.
Shalat Idul Fitri 1444H di UNP ini diimami Heriadi Khatib Sutan.
Rasulullah SAW pun menjelaskan tentang mereka, “Tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah ta’ala, pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah.
Seorang pemuda yang hatinya selalu terikat dengan masjid, dua orang yang mencintai karena Allah; bertemu dan berpisah karena-Nya. Seorang pemuda yang diajak (berbuat keji) oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, maka ia berkata: ‘Sungguh aku takut kepada Allah.’
Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya.
Dan seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi maka air matanya mengalir.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tampak hadir dalam shalat id ini, anggota DPD RI dari Sumbar, Leonardy Harmainy, Wasekjen PBNU, Sulaiman Tanjung, Aswandi Rahman (Wakil Bendahara PBNU), Prof Sufyarma Marsidin (Ketua Perti Sumbar), Al Imran (Ketua LTN PWNU Sumbar). (Rls)