Oleh: Ustadz Adnan, M.Pd (Dosen IAIN Lhokseumawe dan Pengurus Majelis Adat Aceh Lhokseumawe)
Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan, kini semakin mendekati akhirnya. Bulan ini selalu menghadirkan suasana yang berbeda—kesempatan bagi setiap insan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas ibadah. Namun, pertanyaan yang harus kita renungkan bersama: Apakah kita akan kembali ke kebiasaan lama setelah Ramadhan berlalu, ataukah kita mampu mempertahankan nilai-nilai kebaikan yang telah kita bangun selama sebulan penuh ini?
Di penghujung Ramadhan, kita diingatkan untuk melakukan refleksi. Apakah ibadah kita telah lebih baik dibanding tahun sebelumnya? Apakah kepedulian sosial kita meningkat? Apakah kita semakin peka terhadap nilai-nilai kebaikan dan keadilan? Jika Ramadhan mengajarkan kita untuk sabar, menahan hawa nafsu, dan peduli terhadap sesama, maka tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga semangat itu setelah bulan suci ini berlalu.
Selain itu, momen akhir Ramadhan juga menjadi kesempatan untuk memperbanyak doa dan amalan. Malam-malam terakhir Ramadhan diyakini sebagai waktu di mana rahmat Allah berlimpah, terutama dengan adanya Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Lailatul qadr khairun min alfi syahr”, yang artinya: “Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3).
Oleh karena itu, hari-hari terakhir ini sebaiknya kita manfaatkan dengan memperbanyak ibadah, bukan malah sibuk dengan persiapan lebaran yang sering kali membuat kita lalai dari tujuan utama Ramadhan. Bukan berarti persiapan lebaran tidak penting, tetapi lebih pada bagaimana kita menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Jangan sampai waktu yang sangat berharga ini berlalu tanpa adanya peningkatan spiritual dalam diri kita.
Lebaran yang kita nantikan seharusnya bukan sekadar perayaan, tetapi simbol kemenangan dalam mengalahkan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas diri. Banyak dari kita yang terjebak dalam euforia Idul Fitri, sehingga setelah Ramadhan berlalu, kebiasaan baik yang telah kita bangun perlahan menghilang. Padahal, esensi Ramadhan bukan hanya terletak pada ibadah selama satu bulan, tetapi bagaimana kita bisa menjaga nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang dilakukan secara rutin, walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mengajarkan bahwa istiqamah dalam kebaikan jauh lebih utama dibandingkan beribadah hanya pada waktu-waktu tertentu. Jika selama Ramadhan kita terbiasa membaca Al-Qur’an, shalat malam, dan bersedekah, maka hendaknya kebiasaan itu tetap berlanjut meskipun Ramadhan telah berakhir. Jangan sampai ibadah yang kita bangun dengan susah payah selama sebulan penuh hilang begitu saja setelah Idul Fitri.
Sebagai bentuk refleksi, kita bisa bertanya kepada diri sendiri: Apa kebiasaan baik yang telah kita bangun selama Ramadhan? Apakah kita bisa mempertahankannya? Misalnya, jika kita selama Ramadhan rajin membaca Al-Qur’an satu juz per hari, apakah setelah Ramadhan kita tetap bisa melanjutkan meskipun hanya beberapa halaman sehari? Jika kita selama Ramadhan lebih peduli terhadap sesama dengan banyak bersedekah, apakah kita masih memiliki kepekaan sosial setelah bulan ini berlalu?
Selain aspek ibadah personal, Ramadhan juga mengajarkan pentingnya solidaritas dan kepedulian sosial. Di bulan ini, kita diajak untuk lebih peka terhadap kondisi orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan. Rasa lapar dan haus yang kita rasakan selama berpuasa sejatinya mengajarkan kita untuk lebih memahami penderitaan mereka yang kurang beruntung. Oleh karena itu, semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama tidak boleh berhenti setelah Ramadhan.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195).
Ayat ini mengajarkan bahwa berbagi dan berbuat baik adalah bagian dari perintah Allah yang harus terus dijaga, bukan hanya di bulan Ramadhan tetapi sepanjang kehidupan kita. Dengan demikian, Ramadhan seharusnya menjadi titik awal perubahan, bukan sekadar ritual tahunan yang hanya memberikan dampak sementara.
Sebagai penutup, mari kita manfaatkan hari-hari terakhir Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Perbanyak istighfar, tingkatkan kepedulian terhadap sesama, dan perkuat niat untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga Ramadhan tahun ini membawa perubahan nyata dalam hidup kita dan menjadi bekal menuju kehidupan yang lebih bermakna.
Selamat menjemput keberkahan di penghujung Ramadhan. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan memberikan kekuatan untuk terus istiqamah dalam kebaikan.