Medikita.com- Sebagai orang Minangkabau, tentu anda tidak asing lagi dengan alat kesenian tradisional populer Minangkabau yang satu ini yaitu Rabab. Alat kesenian yang dimainkan dengan cara digesek ini bisa dimainkan oleh satu atau dua orang atau bahkan lebih. Di Minangkabau, Rabab ini biasanya hadir dalam acara-acara seperti pesta perkawinan, sunatan, syukuran atau pembuka acara berburu babi dan acara adat lainnya.
Bunyi musik Rabab identik dengan alunan yang mendayu-dayu di iringi dengan lagu atau syair yang dilantunkan oleh pemainnya. Biasanya tukang Rabab juga didampingi oleh tukang gendang ditambah lagi pendamping perempuang satu atau dua orang. Mereka itu semuanya bisa membawakan dendang, lagu, pantun atau kaba yang bisa menghipnotis pendengarnya.
Menjadi tukang Rabab professional ternyata ini tidaklah mudah, dibutuhkan daya imajinasi yang tinggi, wawasan yang luas serta ingatan yang kuat. Bayangkan, berapa banyak syair pantun, dendang dan kaba yang harus dihapal dan diingat.
Kualitas mental yang kuat dan penguasaan atas penonton sangat dituntut sekali untuk tampil diatas panggung. Bayangkan, mereka harus bisa menguasai emosi dan membuat penonton tertawa, sedih, menangis dan sebagainya ketika mereka membawakan sebuah kaba, dendang atau pantun. Sehingga penonton betah dan bersemagnat menonton pertunjukan mereka sampai acara usai yang biasanya berakhir menjelang subuh.
Sudah menjadi rahasia umum juga kalau tukang Rabab dibekali banyak sedikitnya dengan ilmu kebatinan atau perdukunan. Menurut mereka Ini berguna untuk penangkal kalau ada lawan yang usil ketika dalam pertunjukan, seperti kejadian tali Rabab putus tidak berkejelasan, suara parau tiba-tiba saja atau bunyi Rabab tidak enak didengar. Yang namanya adat bergelanggang tentu saja ada-ada saja lawan atau orang yang iseng mencoba pertahanan situkang Rabab ini.
Namun jarang diketahui oleh sebagian orang Minangkabau kalau ternyata Rabab ini bermacam pula jenis dan ciri khas sesuai daerahnya. Diantaranya sebagai berikut
Rabab Pasisia
Rabab Pasisia ini atau lebih popular disebut dengan Biola, lebih sering ditemukan atau tampil diacara-acara pesta masyarakat. Bentuknya lebih mirip biola atau memang sangat mirip sekali kami katakan. Kenapa demikian, ternyata sebutan biola ini terkait dengan latar belakang sejarahnya.
Pada awalnya Rabab ini dibawa oleh para pedagang asal Aceh yang berdagang dan syiar Islam ke Pesisir Selatan namun bentuknya tidak sama dengan biola pada saat ini. Seiring dengan masuknya bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda, Inggris kewilayah Pesisir Selatan dengan membawa alat musik biola. Akhinya alat musik Rabab yang pada mulanya terbuat dari tempurung kelapa menyesuaikan diri dengan memakai biola yang dibawa oleh bangsa Eropa tersebut.
Rabab Darek
Rabab darek ini menyerupai bentuk yang hampir sama dengan alat musik gesek dari Cina dan kawasan Indo Cina. Rabab jenis ini mulai jarang ditemukan baik secara pemainnya dan alat musik Rabab itu sendiri. Entah mungkin karena pengaruh zaman atau karena tergeser oleh ketenaran Rabab Pasisia.
Semoga informasi mengenal Rabab sebagai salah satu alat kesenian populer Minangkabau ini bisa menambah perbendaharaan pengetahuan anda
Nah, satu pertanyaan bagi anda pencinta Rabab atau Biola..
Dimaa ado Barabab atau Babiola malam ko….?.