Oleh: Sadri Chaniago (Dosen Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas / Mahasiswa Program Doktor Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia).
Pada tanggal 23 dan 24 September 2020 KPUD Padang Pariaman telah melaksanakan tahapan Pilkada serentak tahun 2020, yaitu melakukan Penetapan Pasangan Calon, serta Pengundian dan pengumuman nomor urut Paslon yang akan berlaga dalam Pilkada Bupati/wakil Bupati Padang Pariaman tahun 2020. Oleh karena itu, artikel ringkas ini akan menjelaskan peta kontestasi politik paslon tersebut. Tulisan ini tidak berada pada posisi untuk ‘menganjungkan” paslon tertentu atau sebaliknya, akan tetapi berusaha secara objektif untuk membaca kondisi ril dan “tuah” dari masing masing paslon, sehingga diharapkan dapat membantu memberikan informasi kepada pemilih dalam memahami profil dan rekam jejak Paslon.
- Suhatri Bur – Rahmang.
Suhatri Bur S.E., M.M, Datuak Putiah merupakan putra Nagari Pakandangan, Enam Lingkung, Padang Pariaman, yang dilahirkan pada 11 Oktober 1970 (berusia 50 tahun). Rekam jejak petahana Wakil Bupati Kabupaten Padang Pariaman ini menunjukan bahwa ia telah banyak merasakan asam garam berkecimpung dalam berbagai organisasi sosial politik dan kemasyarakatan. Ia pernah menjadi Ketua DPD PAN Kabupaten Padang Pariaman (2017-sekarang), Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Padang Pariaman, anggota dan Ketua KPU Padang Pariaman (2003-2013), Bendahara Pimpinan Cabang Nahdatul Ulama Padang Pariaman (2004-2008), Pengurus DPP Ikatan Alumni (IKA) Universitas Andalas, Anggota Bamus Nagari Pakandangan (2003-2008, 2008-2014), Ketua Bamus Nagari Pakandangan (2014-2020). Alumni Fakultas ekonomi (1996) dan Pasca Sarjana Universitas Andalas (2010) yang sering dipanggil “Aciak” ini juga pernah menempuh pendidikan informal sebagai “Pakiah / Anak Siak” (santri) di Pondok Pesantren Salafiyah Darul Ikhlas Lubuak Tajun Pakandangan (1983-1987), di bawah Pimpinan Almarhum Buya H. Zubir Tuanku Kuniang, seorang ulama kharismatik tarekat Syathariyah di Padang Pariaman, dan Sumatera Barat. Namun, Suhatri Bur tidak menamatkan pendidikan informalnya tersebut, sehingga tidak dianugerahi gelar tuanku, sebagai gelar bagi ulama dalam tradisi tarekat Syathariyah.
Sedangkan Drs. Rahmang, MM merupakan pensiunan ASN dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman. Putra Sungai Limau yang merupakan Ketua ILUNI UNP Kabupaten Padang Pariaman periode 2019-2023 ini, dilahirkan pada 3 September 1964 (berusia 56 tahun). Ia pernah menorehkan prestasi sebagai Camat Terbaik Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2016 (ketika menjadi Camat Sungai Limau), sehingga kemudian diutus dalam ajang Penilaian Kompetensi Camat Tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2016. Dari segi latar belakang profesi, pasangan calon ini merupakan perpaduan dari politisi lokal dan birokrat lokal, yang diusung oleh koalisi parpol: PAN, Partai Nasdem, PDIP Perjuangan (12 kursi).
- Tri Suryadi – Taslim
Tri Suryadi, SE, M.Si dilahirkan di Bangkinang (Riau) pada tanggal 31 Juli 1973 (berusia 47 tahun). Alumni S.1 Fakultas Ekonomi / Akuntansi Universitas Bung Hatta ini memulai kiprahnya dalam kemasyarakatan sekembali dari rantau pada tahun 2006, di korong Pinjauan, Nagari Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman. Pria yang dikenal dengan nama populer “Wali Feri” ini memulai karir politik dan kemasyarakatan sebagai Ketua Pemuda Pinjawan Tinggi, Wali Korong Pinjawan Tinggi, dan kemudian terpilih menjadi Wali Nagari Pilubang, kecamatan Sungai Limau, Padang Pariaman (2010-2013). Setelah itu ia terpilih menjadi Anggota DPRD Kabupaten Padang Padang Pariaman dari Fraksi Gerindra (2014-2019). Kemudian bintangnya semakin bersinar terang, dengan terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sumbar dari fraksi Gerindra (2019-2020).
Di internal partai Gerindra, alumni program magister Sosiologi FISIP Universitas Andalas tahun 2020 ini pernah menjabat sebagai Ketua PAC Gerindra Kecamatan Sungai Limau, dan Wakil Ketua DPC Gerindra Kab. Padang Pariaman. Selain itu, ia juga diamanahi jabatan sebagai Ketua Pencak Silat Satria Muda Indonesia (PS-SMI) Kabupaten Padang Pariaman (sejak 2014), dan Ketua Harian Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Padang Pariaman.
Sedangkan H. Taslim, SH, MM, dilahirkan pada tanggal 5 Agustus 1960 (berusia 60 tahun). Putra daerah Lubuk Pandan kecamatan 2×11 Enam Lingkung ini merupakan pensiunan ASN, yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan, Staf Ahli Bupati (SAB) Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Padang Pariaman, dan Kepala Bappeda. Dari segi latar belakang profesi, pasangan calon yang dikenal dengan nama “Wali Feri – Andah Taslim” ini merupakan perpaduan dari politisi lokal dan birokrat, yang diusung oleh koalisi parpol: PKB, Partai Demokrat, Partai Golkar, PPP (16 kursi).
- Refrizal – Happy Neldy.
H. Refrizaldilahirkan di Padang, 20 Agustus 1959 (berusia 61 tahun). Politisi PKS yang merupakan alumni S.1 IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (1982-1985) ini, telah tiga kali berturut turut menjadi anggota DPR RI (2004-2009, 2009-2014, 2014-2019). Ia pernah menjadi Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR RI. Dalam partai, ia pernah menjadi Anggota Majelis Syuro dan MPP PKS (2005-2010). Mantan aktivis di PII dan Ketua Senat Mahasiswa Jurusan IPS di Fakultas Tarbiyah IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah ini juga menjabat sebagai Executive Comitte (Exco) PSSI 2016-2020. Selain itu ia juga merupakan Wakil Ketua Umum Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM). Ia juga merupakan seorang pengusaha dan pemilik dari produsen pakaian muslim: PT.Mazida Industry.
Sedangkan Happy Neldy, SE, MM, berasal dari kalangan politisi, dan menjabat sebagai Ketua DPD Partai Gerindra Padang Pariaman (2012 s/d Sekarang). Pendidikan sarjana (S.1) ditamatkannya di Fakultas Ekonomi Unand (1991). Sedangkan pendidikan Magister Managemen (S.2) diselesaikannya di STIE AKBP Padang (2008). Putra kelahiran Lubuk Alung 7 Juli 1964 ini pernah 4 periode menjadi anggota DPRD Padang Pariaman ((1999-2004, 2004-2009, 2014-2019, 2019-2024). Ia pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Padang Pariaman (2014-2019), dan Ketua Komisi 1 Kab padang Pariaman Periode 2014-2015. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua BPAN Nagari Lubuk Alung (2002), dan sudah kenyang mengecap asam garam dalam berkiprah di sejumlah organisasi sosial kemasyarakatan.
Dari segi latar belakang profesi, pasangan calon ini merupakan perpaduan dari politisi nasional/pengusaha dan politisi, yang diusung oleh koalisi parpol: Partai Keadilan dan Partai Gerindra (11 kursi).
Beberapa Catatan Penting.
Pertama, Berdasarkan komposisi usia calon Bupati, Refrizal merupakan calon yang paling tertua, karena telah berusia 61 tahun, kemudian disusul oleh : Suhatri Bur yang berusia 50 tahun, dan yang paling termuda adalah Tri Suryadi, yang berusia 47 tahun. Sedangkan untuk calon wakil bupati, rentang usia di antara mereka terpaut tidak terlalu jauh, di mana Rahmang merupakan yang termuda karena berusia 56 tahun, sedangkan Taslim berusia 60 tahun, dan Happy Neldy berusia 61 tahun.
Kedua, berdasarkan komposisi tingkat pendidikan, Calon Bupati Suhatri Bur dan Tri Suryadi sama sama memiliki latar belakang pendidikan Magister (S.2), Sedangkan Refrizal memiliki pendidikan sarjana (S.1). Untuk calon wakil bupati, Rahmang, Taslim, dan Happy Neldy, ketiga-tiganya memiliki posisi yang seimbang karena sama sama memiliki tingkat pendidikan magister (S.2).
Ketiga, Berdasarkan komposisi keterwakilan wilayah, ketiga Paslon ini sama sama berimbang, karena merupakan kombinasi dari daerah “Utara” dan “Selatan.” Paslon Suhatri Bur – Rahmang merupakan kombinasi dari wilayah Utara dan Selatan (Pakandangan – Sungai Limau). Adapun Tri Suryadi – Taslim merupakan kombinasi dari wilayah Utara dan Selatan (Sungai Limau – 2 X 11 Enam Lingkung). Sedangkan Refrizal – Happy Neldy merupakan kombinasi dari wilayah Utara dan Selatan (V Koto Kampung Dalam – Lubuk Alung). Dengan demikian, berdasarkan daerah asal paslon, maka daerah yang menjadi wilayah “pertempuran bebas” adalah: Nan Sabaris, VII Koto, 2 x 11 Kayu Tanam, Ulakan Tapakis, Sintuk Toboh Gadang, Batang Anai, Patamuan, Padang Sago, Sungai Geringging, IV Koto Aur Malintang, Batang Gasan, V Koto Timur. Khusus di Sungai Limau, diprediksi akan terjadi fenomena “lago sakandang” karena Cabup Tri Suryadi dan Cawabup Rahmang (yang merupakan paslon yang berbeda), sama sama berasal dari daerah Sungai Limau. Dan ini adalah ujian terhadap “rampak dan rimbun” diri mereka di kampung mereka tersebut. Nan di sabalah suok lamang, nan di sabalah kida kanji. Ka mano pisau ka dikeohkan ?
Keempat, Posisi Suhatri Bur sebagai petahana wakil Bupati, cukup menguntungkan posisi Paslon Suhatri Bur-Rahmang, karena Suhatri Bur telah berpengalaman sebagai wakil Bupati, serta memiliki akses terhadap berbagai sumber daya, dan memiliki relasi dengan kalangan birokrasi dan masyarakat pemilih. Demikian juga dengan Rahmang, sebagai pensiunan birokrat senior, ia tentu juga memiliki relasi dan hubungan baik dengan para ASN dan masyarakat, yang bisa menjadi modal sosial dalam mendongkrak suara paslon ini. Tambahan lagi, seperti yang diberitakan oleh posmetropadang.co.id (Selasa, 3 Maret 2020), paslon ini juga telah mendapatkan dukungan dari unsur alim ulama dan ninik mamak, yang sepertinya dikomandoi oleh Azwar Tuanku Sidi, salah seorang tokoh ulama Syathariyah yang berpengaruh di Padang Pariaman. Diprediksi dukungan politik sebagian besar tuanku dan jamaah tarekat Syathariyah di Padang Pariaman akan merapat kepada Paslon ini. Namun walaupun demikian, bukan berarti paslon ini dengan mudah melampaui kompetitornya, karena dalam beberapa kasus Pilkada, tidak sedikit juga petahana yang mengalami kekalahan.
Kelima, Paslon Tri Suryadi-Taslim berpotensi memberikan kejutan politik, karena dinilai memiliki elektabilitas yang cukup tinggi, sehingga cukup diwaspadai oleh kompetitor lainnya. Secara personal, “Wali Feri” Tri Suryadi adalah figur anak muda yang memiliki magnet dan menjanjikan harapan perubahan di masa depan. Demikian juga dengan “Andah” Taslim, sebagai pensiunan birokrat senior, ia tentu juga memiliki relasi dan hubungan baik dengan para ASN dan masyarakat, yang bisa menjadi modal sosial dalam mendongkrak suara paslon ini. Paslon ini juga dianggap sebagai representasi dari komposisi politik ideal antara kaum tua dan kaum kaum muda, sehingga diprediksi mampu memperoleh memperoleh dukungan politik dari dua segmen pemilih tersebut. Paslon ini kabarnya juga didukung penuh oleh para perantau dan elemen masyarakat dari wilayah Utara. Munculnya dukungan politik ini salah satunya disebabkan karena telah cukup lama masyarakat di wilayah Utara tersebut “puasa politik” jabatan bupati, pasca kepemimpinan Bupati “legendaris” Kolonel Anas Malik. Ditambah lagi adanya perasaan “di anak tirikan” karena “kue pembangunan” lebih banyak diprioritaskan ke arah kawasan Selatan.
Paslon Tri Suryadi –Taslim juga telah menjalin komunikasi dan “sowan” kepada Heri Firmansyah Tuanku Khalifah (Khalifah Syekh Burhanuddin) di Ulakan, dan juga kepada Zulhamdi Tuanku Kerajaan Nan Shaliah (Khalifah Syekh H. Ali Imran Hasan) di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan Ringan. Paslon ini juga telah menyambangi Buya Jali Sadana Tuanku Mangkuto Sinaro (Pimpinan Pesantren Nurul Yaqin Sadaniyah, di Lubuk Alung), Buya Jalalein Tuanku Sidi (Pimpinan dan Guru Besar Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah Buluah Kasok, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak). Dan semua tokoh disambangi itu, adalah ulama senior dan berpengaruh dalam jamaah tarekat Syathariyah, yang secara jumlah dikenal mayoritas di Padang Pariaman. Apakah paslon ini mampu menawan hati para tuanku dan jamaah Syathariyah di Padang Pariaman ? Waktu-lah yang akan menjawabnya !
Selain didukung oleh gabungan parpol, Paslon ini juga diberitakan telah memperoleh dukungan politik dari puluhan orang tokoh masyarakat yang tergabung ke dalam “Forum Garda 60”’ yang terdiri dari para “mantan wali nagari 60 lama” (60 nagari lama adalah sebutan saat Padang Pariaman masih memiliki 60 nagari sebelum dimekarkan menjadi 103 nagari). Jadi, Paslon Tri Suryadi –Taslim ini bukan tidak mungkin akan menjadi “kuda hitam” yang memberikan kejutan politik pada Pilkada ini !
Keenam, Refrizal –Happy Neldy memang hanya diusung oleh gabungan dua Parpol, yaitu PKS dan Gerindra. Namun jangan ragukan soliditas pemilih dan kader PKS ! Apalagi Refrizal merupakan politisi nasional yang telah lama membangun ikatan psikologis dengan konstituennya melalui program kemasyarakatan, terutama program “bedah lapau”, dan lain lain. Sebagai politisi berkaliber nasional yang biasa bermain di “pusat”, ia tentu juga memiliki jaringan silaturahim politik yang luas, dan didukung oleh amunisi ekonomi yang kuat. Demikian juga dengan Happy Neldy, ia bukanlah politisi kemarin sore, akan tetapi merupakan politisi kawakan yang telah empat kali berhasil terpilih menjadi anggota DPRD Padang Pariaman, dengan kendaraan dua parpol yang berbeda. Jadi, secara logis ia tentu memiliki pengalaman yang matang, dan memiliki modal konstituen yang jelas. Jadi, jangan memandang sebelah mata Paslon ini !
Akhirnya, penulis hanya mengingatkan kembali bahwa karakter pemilih masyarakat “Piaman” itu unik, kritis dan skeptis, sehingga hasil akhir Pilkada sukar ditebak. Oleh karena itu, Paslon dan tim kampanyenya harus menggunakan kiat tersendiri dalam menyentuh “rasa” masyarakat pemilih. Prilaku memilih masyarakat diprediksi masih belum terlepas dari mazhab: Sosiologis, Psikologis, Rasional, dan Pragmatis ekonomi. Kiranya, prilaku memilih sebagian besar masyarakat pemilih masih akan didominasi oleh mazhab Sosiologis dan Pragmatis ekonomis. Wallahu a’lam !