Oleh :
Bgd. Armaidi Tanjung
(Wartawan Utama)
Pernahkah pembaca menyaksikan orang berusia lanjut (nenek/kakek) yang masih menanam bibit pohon tua. Maksud pohon tua adalah tanaman yang akan menghasilkan buah relatif lebih lama dan usia tanamannya pun bertahun-tahun. Contohnya, kelapa, durian, rambutan dan sebagainya.
Jika dilihat dari umur orangtua tersebut, diperkirakan dirinya tidak akan dapat menikmati buah (hasil) dari tanaman tersebut. Karena tanaman yang ditanam bisa berbuah lima hingga sepuluh tahun kemudian. Masa berbuahnya pun berpuluh tahun pula.
Di sisi lain, pemandangan yang sering terlihat adalah anak-anak muda sangat enggan menanam. Sekalipun dirinya (keluarganya) memiliki lahan yang bisa ditanam, toh mereka tidak mau menanam tanaman. Mereka lebih senang menghabiskan waktu di warung-warung, di meja judi, atau berhura-hura dengan teman sebaya.
Ada pula yang hanya mau menebang pohon yang sudah tua. Pohonnya dipotong-potong, dijual dan mendapatkan uang. Mereka tidak peduli, siapa dulunya yang sudah menanamkan pohon tersebut.
Mereka pun tidak peduli, sudah menebang pohon tidak mau pula mengganti pohon tersebut dengan menanam bibit pohon itu kembali. Hal hasil, mereka hanya bisa menghabiskan, tapi tak mau menggantinya dengan tanaman baru.
Perambahan pohon semakin menjadi-jadi jika dilakukan untuk kepentingan industri dan bangunan. Ratusan ribu pohon ditebang. Begitu pula dengan pembakaran hutan yang meluluhlantahkan ribuan pohon. Semuanya pada gilirannya akan merusak tatanan kehidupan manusia sendiri.
Sesungguhnya, menanam tanaman dan pohon merupakan pekerjaan yang mulia. Coba renungkan hadis Rasulullah SAW diriwayatkan sahabat Jabir yang mengatakan, Nabi SAW bersabda: “Tak satupun seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi pahala sedekah baginya, dan yang dicuri orang lain akan bernilai sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang menguranginya, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.” (H.R. Muslim).
Dari hadis tersebut tergambar kemuliaan bagi orang yang sudah menanam pohon. Ada tiga hasil tanaman tersebut yang akan memanfaatkannya.
Pertama, hasil dari tanaman tersebut dimakan oleh sipenanam atau diberikan kepada orang lain sebagai pemberian, maka itu sama dengan bersedekah.
Kedua, bila buah atau hasil dari tanaman tersebut dicuri orang lain maka tetap dinilai sebagai sedekah dari si penanam pohon. Tentu tanpa mencaci maki si pencuri.
Ketiga, apabila buah atau hasil dari pohon atau tanaman tersebut dimakan oleh binatang buas atau burung, maka juga merupakan sedekah bagi si penanamnya.
Artinya, siapa pun yang akan menikmati hasil atau buah dari tanaman yang ditanam oleh seseorang maka tetap menjadi sedekah. Jika si penanam sudah berada di alam kubur, tentu buah pohon yang ditanamnya akan tetap menjadi sedekah baginya.
Sedekah dari buah pohon tersebut ibarat wesel amal jariah yang terus diterima si penanam pohon selagi buah tersebut dimanfaatkan oleh makhluk hidup. Baik oleh manusia sendiri, maupun binatang. Betapa besar manfaat menanam pohon.
Itu manfaat dari sisi amal kebaikan, yang pada hari pembalasan di akhirat kelak menjadi timbangan kebaikan. Sedangkan dari sisi kehidupan manusia sekarang, tanaman pohon dapat memperbaiki lingkungan hidup.
Lingkungan yang gersang dari tanaman, tandus dan tidak memiliki pepohonan maka kurang baik untuk kesehatan. Udara di sekelilingnya pun tidak sesegar di tempat yang banyak pohonnya. Mata memandang pun lebih menyejukkan tempat-tempat yang banyak ditanaman pohon dibanding lokasi yang tidak memiliki pohon. Pohon juga menjadi tempat berteduh di kala terik sinar matahari menyinari bumi.
Sebegitu pentingnya menanam pohon, pernah ada suatu daerah yang mewajibkan calon pasangan suami isteri yang akan menikah dengan menanam pohon. Kedua calon pasangan diharuskan terlebih dahulu menanam pohon yang sudah disepakati dengan jumlah tertentu. Pohon tersebut nantinya menjadi harta dari si pengantin.
Hasil dari tanaman yang sudah ditanam tersebut dapat digunakan membantu kebutuhan ekonomi ketika dalam kondisi krisis. Awalnya memang kurang pantas calon pengantin harus menanam pohon. Tapi setelah berjalan dirasakan manfaatnya ketika berkeluarga sudah melahirkan anak dan pohon tersebut sudah menghasilkan pula.
Yang pasti buah (hasil) dari tanaman tersebut dirasakan manfaatnya oleh kedua calon penganten terdahulu dan anak-anaknya sendiri yang lahir dari perkawinan tersebut.
Terlepas dari manfaat menanam pohon dalam kehidupan keseharian, yang lebih penting itu adalah manfaat sebagai amal kebaikan si penanam. Oleh karena itu, marilah kita mulai menanam tanaman dari sekarang. Sekecil apa pun tanaman yang ditanam, mudah-mudahan menjadi amal kebaikan disisi-Nya.
(armaidi9@gmail.com)