Catatan Wizri Yasir
Tidak ada yang istimewa dengan judul di atas, karena siapa saja mungkin bisa menjadi Komisioner. Tapi bagi saya yang mengikuti perjalanan Sahabat saya ini, judul tersebut menjadi istimewa.
Ya, kami bertemu saat gejolak Reformasi 1998 sedang hangat-hangatnya dan menjadi bahasan dimana-mana. Saya dan sahabat ini sama-sama mendaftar ke sebuah sekolah menegah teknologi di Kota Bukittinggi.
Sekolah itu menjadi awal saya mengenal sosok istimewa ini. Kalau diceritakan runutan kejadiannya, tidak sampai halaman ini memuat, bisa menjadi sebuah buku. Saya memanggilnya Ketua, karena selain panutan di kelasnya, tahun berikutnya di sekolah itu, ia menjadi ketua OSIS. Saya menjadi duetnya pada posisi Sekretaris. Sungguh indah dan unik cerita OSIS ini.
Sangat Primodial sekali kisah ketua dan Sekretaris OSIS ini pada saat itu. Karena pada saat itu, sekolah kami adalah sekolah teknologi yang sangat diminati anak-anak dari luar provinsi seperti Riau, Jambi, Palembang, Sumatera Utara dan provinsi lainnya.
Dan yang menjadi komando pada OSIS (sekitar empat posisi penting) adalah orang yang berasal dari daerah dan kultur yang sama, alias kami sekampung. Itulah sentuhan pertama Ketua yang saya lihat. Cerita kami bisa bersama-sama dalam organisasi sekolah itupun terbilang unik (biar menjadi cerita kami saja untuk menjadi bahan tawa ketika minum kopi).
Selain memang memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, Ketua ini adalah seorang Drumer pada grup musik yang ia buat. Pernah meraih prestasi membanggakan dan hampir saja rekaman (jika CD contoh vokal grup band tidak dibuang oleh pentolan grup Musik Nasional).
Kisah ketua lainnya adalah, ia adalah seorang pedagang (pebisnis ulet). Dari berdagang itu, ia membiayai sekolah dirinya dan sebagian untuk sekolah adik-adiknya (maaf.. ketua, cerita ini saya tulis).
Selesai sekolah, kami sama-sama melanjutkan ke tingkat universitas tapi kampus yang berbeda. Beliau jadi “penguasa kota” karena menjadi Presiden Mahasiswa di daerah ramai, sedangkan saya bersemayam di perbukitan belajar menjadi wirausaha seperti ilmu yang saya serap dari Ketua.
Singkat cerita, kepemimpinan Ketua ini semakin terasah karena selain memimpin mahasiswa di kampus, Ketua juga menjadi pemimpin mahasiswa asal daerah kami.
Salah satu kabar yang saya dengar waktu itu dari teman-teman lain, Ketua ini menjadi salah satu inisiator yang mengirimkan Celana Dalam ke organisasi mahasiswa kampus saya (mudah-mudahan cerita unik ini tidak benar) karena tidak berpartisipasi dalam sebuah aksi menentang kebijakan pemerintah.
Hari-hari di kampuspun kami masih sering berkomunikasi. Sampai terjadi sebuah peristiwa kami yang naik motor menambrak seorang anak muda di persimpangan yang macet. Cerita selalu teringat karena orang yang ditabrak minta maaf walaupun sebenarnya kami yang kurang hati-hati.
Luar biasa memang ketua ini..
Hari berganti dan musimpun berputar. Usai dari kampus, saya kembali mondok di sebuah pesantren, ketua melanjutkan pertualangan.
Peristiwa gempa 30 September 2009 mempertemukan kami dalam sebuah pekerjaan yang dirintisnya. Saat itu Ketua sudah menikah dengan pujaan hatinya di sekolah yang sama (seperti kisah Romeo dan Juliet).
Singkat cerita, Ketua melanjutkan perjalanan hidupnya pada jalur yang dia minati dan serius, yaitu jalur politik menjadi penyelenggara Pemilu. Mulai dari Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu di tingkat Kota.
Sekarang, Ketua OSIS itu, Presiden Mahasiswa itu, Ketua Komisioner di dua tempat dilantik menjadi Komisioner Bawaslu Provinsi. Selangkah lagi saya doakan ketua menjadi Komisioner di Tingkat Nasional. Dan saya akan meneruskan perjalanan hidup dalam dunia yang saya cita-citakan.
Berbeda jalan, namun akan menjadi goresan Cerita Sahabat untuk diceritakan oleh anak cucu kita di kemudian hari.
Selamat Sahabat Muhamad Khadafi, S.Kom. Sekarang sudah sah menjadi Komisioner Bawaslu Provinsi Sumatera Barat. Semoga Barokah menyertai langkah Ketua.
Dan Tulisan ini saya siapkan untuk menyambut hari pelantikan Ketua sebagai Komisioner Bawslu. Sekali lagi Selamat Ketua..